Gangguan Kepribadian: Definisi, Ciri-ciri, dan Jenis-jenisnya

Home // Kepoin Psikologi // Fenomena Psikologi // Fenomena Psikologi Klinis // Gangguan Kepribadian // Gangguan Kepribadian: Definisi, Ciri-ciri, dan Jenis-jenisnya // Page 2

Kluster C: Gangguan dengan cemas berlebih

 

Daftar Isi (Klik untuk Membaca)

2.8 Gangguan Kepribadian Anankastik (Kepribadian Obsesif Kompulsif)

 

Definisi Gangguan Kepribadian Anankastik

Gangguan anankastik alias kepribadian obsesif kompulsif, adalah gangguan yang dicirikan dengan perhatian berlebih terhadap keteraturan, perfeksionis, perhatian lebih terhadap detil, ingin mengendalikan kehidupan orang lain berdasarkan apa yang menurut dia benar.

Biasanya pemilik gangguan ini juga workaholic.

Pokoknya, karakteristik khas orang dengan kepribadian obsesif kompulsif adalah mereka bener-bener teratur dan urut, bahkan hingga ke detail terkecil. Pokoknya nggak boleh ada satu urutan pun yang terlewat.

Selain itu mereka secara khawatir berkali-kali memeriksa semua hal, sehingga kadang bikin telat kalau mau ke mana-mana sama mereka.

Ritual-ritualnya yang merepotkan bahkan juga berlaku untuk aktivitas santai. Makanya, orang dengan gangguan ini susah banget disuruh santai, merasa kehabisan waktu untuk beraktivitas, dan bekerja ekstra keras untuk mencapai sesuatu yang sebenarnya simpel.

Mereka merencanakan aktivitasnya bahkan sampai ke tingkat menit, sebuah upaya untuk tetap mengendalikan situasi. Mereka nggak suka kalau ada hal terduga muncul, apalagi kalau hal itu tak bisa mereka kontrol.

Gangguan kepribadian obsesif kompulsif terjadi pada 2-8% populasi umum, dengan mayoritas pemilik gangguan ini adalah pria.

 

Apakah ini yang sering disebut OCD?

Apakah gangguan ini sama dengan OCD?

Walaupun namanya nyaris sama, tapi ada perbedaan antara gangguan obsesif kompulsif dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif.

Sebagian penelitian memang menemukan banyak kesamaan antara kedua gangguan ini. Bahkan buat yang awam pun keliatan sama, apalagi perilaku mereka yang kaku.

Keinginan yang berlebih akan keteraturan dan susunan yang simetris juga keliatan di kedua gangguan ini.

Terus apa bedanya OCD dengan kepribadian OCD?

Bedanya terletak pada perasaan orang tersebut terhadap gangguan yang ia punya. Pada orang yang memiliki OCD, sebenarnya merasa kalau perilaku mereka ini mengganggu dan nggak sehat. Tapi mereka nggak bisa melawan dorongan itu.

Jadi, orang dengan OCD sadar kalo perilaku mereka ini nggak wajar, tapi mereka nggak kuasa melawannya.

Nah, ini beda dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif. Pemilik gangguan kepribadian ini merasa bahwa yang mereka lakukan ini adalah pilihan mereka sendiri. Artinya walaupun mereka akhirnya jadi susah hidup normal; tapi semua kegilaan pada detail,  keteraturan, dan suka memeriksa sesuatu berulang kali adalah pilihan mereka sendiri.

Orang dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif (OCPD) merasa bahwa perilaku mereka adalah pilihan mereka sendiri. Jadi mereka nggak menganggap itu sebagai gangguan.

 

Ciri-ciri

Orang dengan OCPD memiliki ciri-ciri:

  • Kebutuhan untuk melakukan semuanya sesuai urutan dan tersusun rapi
  • Memasang target yang terlalu tinggi untuk dirinya dan orang lain
  • Merasa bahwa cara hidupnya adalah cara hidup yang paling bagus
  • Khawatir ketika dia atau orang lain berpotensi melakukan kesalahan
  • Merasa kiamat ketika ada yang nggak sempurna
  • Pelit pada dirinya sendiri maupun ke orang lain
  • Punya sebuah benda yang nggak punya makna jelas. semacam jimat, tapi nggak ada unsur magisnya.
  • Sulit mengekpresikan perasaannya
  • Kesulitan membangun dan mempertahankan hubungan sama orang lain
  • Aslinya pekerja keras, tapi karena terlalu perfeksionis, akhirnya kerjanya nggak selesai-selesai
  • Sering merasa geram dan marah
  • Sering merasa terisolir dari kehidupan sosial
  • Merasa cemas yang berujung pada depresi

 

Penyebab

Penyebab gangguan kepribadian obsesif kompulsif belum diketahui. Dicurigai penyebabnya adalah gabungan dari faktor genetik dan lingkungan.

Tapi dari beberapa studi kasus, bakat gangguan ini sudah kelihatan sejak kecil.

 

Penanganan Gangguan Kepribadian Obsesif Kompulsif

Kalau kamu punya OCPD, kamu akan menjalani tiga macam penanganan, yang terdiri dari:

Yang pertama, CBT. Selama menjalani CBT, kamu akan bertemu dengan psikolog secara rutin. Setiap sesi akan meminta kamu untuk membicarakan semua kecemasan, stres, atau depresi. Mungkin psikologmu akan meminta kamu untuk nggak mikirin kerjaan, dan lebih fokus pada rekreasi, hubungan keluarga, dan hubungan pertemanan.

Kalau kamu nantinya butuh pengobatan, mungkin psikiatermu akan meresepkan SSRI. SSRI ini gunanya untuk mengurangi kecemasan dari perilaku obsesif kompulsif.

Mungkin kamu akan diajari juga terapi relaksasi, tapi tergantung lagi sama psikologmu, dilihat kebutuhanmu juga.

 


2.9 Gangguan Kepribadian Cemas/Avoidant/Menghindar

Definisi Gangguan Kepribadian Avoidant

Avoidant personality disorder, atau AvPD, atau Gangguan Kepribadian Aviodant adalah sebuah gangguan kepribadian yang menunjukkan rasa minder, terisolir, terkucilkan, inferior, dan super sensitif terhadap penilaian buruk orang lain.

Orang dengan gangguan kepribadian avoidant cenderung menghindari interaksi sosial, walaupun dia ingin sekali dekat dengan orang lain. Orang yang mengalami gangguan ini sering menganggap mereka “tidak laku”, tidak diinginkan, penyendiri, dan cemas. Perilaku ini muncul di fase dewasa awal, dan terjadi karena banyak sebab.

Orang dengan gangguan kepribadian avoidan sering menganggap diri mereka tidak menarik. Mereka juga menghindari interaksi sosial karena takut dibodohi, dipermalukan, ditolak, atau tidak disukai.

Nah, bagaimana cara orang dengan gangguan kepribadian avoidant bertahan hidup? Mereka bertahan hidup dengan cara menghindari semua yang mereka takutkan.

Gangguan kepribadian avoidant ini biasanya mulai kelihatan di masa dewasa awal, dengan penolakan dari teman-teman sekitar dan pengalaman masa lalu yang buruk ikut meningkatkan kemungkinan ini.

 

Ciri-ciri

Orang dengan gangguan avoidant memiliki ciri-ciri:

  • Menghindari kerja atau aktivitas sosial yang sebenarnya wajib diikuti
  • Selalu menganggap komentar sebagai ketidaksetujuan dan kritik, dan sensi banget
  • Khawatir rahasianya terbongkar dan dikucilkan karenanya
  • Khawatir dipermalukan orang lain
  • Menghindari hubungan, pertemanan, dan intimasi, karena takut ditolak
  • Merasa sendiri dan terisolasi, dan merasa lebih rendah dari orang lain
  • Takut mencoba aktivitas baru, karena khawatir akan mempermalukan diri sendiri
  • Super sensitif terhadap kritik
  • Super malu dan cemas di situasi sosial, meskipun orang itu ingin punya hubungan dekat
  • Menghindari kontak fisik dengan orang lain
  • Sebagian juga mengalami agoraphobia
  • Rasa penghargaan diri sendiri yang rendah
  • Membenci diri sendiri, dan kadang melakukan tindakan yang membahayakan diri sendiri
  • Ragu dengan kapasitas diri sendiri
  • Selalu merasa sendirian, walaupun orang lain nggak menganggap begitu
  • Menggunakan fantasi sebagai cara melarikan diri dari pikiran buruk

 

Penanganan Kepribadian Avoidant

Menangani gangguan avoidant bisa dilakukan dengan berbagai macam cara, seperti pelatihan kemampuan sosial, terapi CBT, dan terapi flooding (paparan) untuk meningkatkan kontak sosial, dan konseling kelompok.

Yang jadi masalah dalam penanganan gangguan kepribadian ini adalah mendapatkan kepercayaan dari pasien. Seperti yang kamu tahu kan, orang-orang dengan gangguan kepribadian avoidant akan segera menghindari proses terapi, kalau mereka mulai merasa nggak percaya dengan psikolog.

Tujuan paling utama dari terapi, baik individu maupun sosial, adalah orang dengan gangguan avoidant bisa mulai “melawan” keyakinan ngawur dalam diri mereka.

Sangat mungkin bagi seseorang untuk berhasil mengatasi gangguan kepribadian avoidant, dengan bantuan treatment dan usaha keras dari diri sendiri.

 


2.10 Gangguan Kepribadian Dependen

 

Definisi Gangguan Kepribadian Dependen

Gangguan Kepribadian Dependen, atau Dependent personality disorder (DPD), atau disebut juga gangguan kepribadian astenik, adalah sebuah gangguan yang terjadi saat seseorang terlalu bergantung pada orang lain.

Untuk sebabnya sendiri masih belum diketahui. Sebuah penelitian pada 2012 menyebut bahwa sekitar 55-72% kemungkinan kondisi ini diwariskan dari orang tua.

Memang sih gangguan ini biasanya sudah terlihat sejak kecil. Orang dengan gangguan ini mengandalkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan emosional dan fisiknya, dengan hanya sebagian kecil dari mereka yang sanggup menjadi mandiri.

Oh iya, perlu diingat ada perbedaan antara gangguan kepribadian dependen, dengan kepribadian dependen.

Kepribadian dependen itu manja. Kalau dalam psikologi, kepribadian dependen saja disebut normal bermasalah. Tapi kalau GANGGUAN kepribadian dependen, nah itu baru gangguan.

Jadi gangguan kepribadian dependen beda sama manja. Bisa dibilang lebih parah.

Terus gimana cara membedakan dependen yang biasa sama yang gangguan?

Perbedaan antara kepribadian dependen dan gangguan kepribadian dependen ini masih agak rancu, subyektif. Penegakan diagnosa gangguan ini masih terpengaruh budaya dan peran gender.

Gangguan kepribadian dependen terjadi pada sekitar 0.6% dari populasi. Artinya, dari 1000 orang populasi umum, ada 60 orang yang punya kecenderungan mengalami gangguan ini. Gangguan ini lebih sering terjadi pada perempuan dibanding laki-laki.

Sebuah penelitian pada 2004 menduga ada faktor keturunan yang mempengaruhi munculnya gangguan kepribadian dependen. Karena itulah, ada bukti signifikan bahwa gangguan ini juga dipengaruhi oleh faktor keluarga. Anak dan remaja yang punya gejala gangguan kecemasan dan pernah sakit fisik lama juga bisa mengalami gangguan ini.

 

Ciri-ciri Gangguan Kepribadian Dependen

Orang dengan gangguan kepribadian dependen mempunyai ciri-ciri:

  • lemah, bergantung sama orang, dan nggak mampu membuat keputusan tanpa bantuan orang lain
  • membiarkan orang lain mengatur banyak hal dalam hidupnya
  • membohongi diri sendiri agar tidak ditinggalkan oleh orang lain
  • takut ditinggalkan
  • punya rasa percaya diri yang rendah
  • melihat orang lain lebih mampu dibandingkan dirinya sendiri
  • orang lain menganggap dia terlalu menuntut dan pasif
  • meminta orang lain memutuskan keputusan penting dalam hidupnya, misal pekerjaan, tempat sekolah, atau pasangan
  • merasa tidak nyaman atau tidak bisa apa-apa saat sendiri, karena ketakutkan yang berlebihan dan ketidakmampuan untuk mengurus diri sendiri
  • bisa membuat keputusan sepele seperti mandi atau ke kamar kecil, namun ada juga yang minta ditemani atau minta saran dulu.

 

Penanganan Gangguan Kepribadian Dependen

Gangguan kepribadian dependen biasanya didiagnosa lewat uji psikologi dulu. Soalnya takut terjadi kerancuan dengan kepribadian dependen biasa. Nanti dari tes psikologi itu akan ditentukan berapa lama dan seberapa parah gejala gangguan kepribadian ini.

Terapi bicara adalah penanganan yang paling sering dan paling efektif untuk gangguan ini. Tujuan terapi bicara adalah untuk menolong orang dengan gangguan ini, untuk membuat banyak keputusan sendiri.

Ada obatnya nggak?

Obat untuk “menembak” gangguan ini langsung nggak ada sih. Tapi kalau pemilik gangguan ini punya depresi atau kecemasan, mungkin aja kamu akan dirujuk ke psikiater. Nanti psikiaternya yang ngeresepin obat.

 


Tidak termasuk dalam kluster dan tidak memiliki golongan khusus di ICD, DSM, dan PPDGJ

2.11 Gangguan Kepribadian Lainnya

Ada sejumlah gangguan lain yang nggak kami sebutkan. Alasannya adalah karena gangguan-gangguan ini merupakan nama-nama lama, yang dalam ilmu pengetahuan modern sudah disatukan dengan gangguan-gangguan sejenis.

Contohnya sadistik, psikopat digabung ke antiosisal, sementara schadenfreude masuk ke skizoid.

  • Gangguan kepribadian depresif
  • Gangguan kepribadian sadistik
  • Gangguan kepribadian masokis (self-defeating)
  • Gangguan kepribadian negativistik
  • Gangguan kepribadian zoosadistik
  • Gangguan kepribadian psikopat
  • Gangguan kepribadian psikoneurotik
  • Gangguan kepribadian haltlose
  • Schadenfreude

 

Loh, kepribadian ganda mana bosss???


Bonus: Kepribadian Ganda

Oke oke, kita singgung sedikit tentang kepribadian ganda.

Di DSM, PPDGJ, dan ICD, kepribadian ganda tidak digolongkan dalam gangguan kepribadian. Gangguan ini dimasukkan dalam Gangguan Disosiatif, dengan kode F44.81.

Gangguan disosiatif, atau gangguan kepribadian multipel, atau kepribadian ganda, adalah sebuah gangguan mental yang dicirikan dengan adanya dua atau lebih kepribadian dalam satu tubuh.

Dua atau lebih kepribadian ini biasanya saling bertolak belakang. Kalau satu kepribadian sedang muncul, kepribadian lainnya nggak sadar apa yang sedang terjadi.

Jadi ciri utama gangguan ini adalah ketika kepribadian lain sedang aktif, kepribadian lainnya nggak sadar.

Malah dalam kasus ekstrim, bisa aja satu kepribadian perokok berat, kepribadian lainnya batuk saat nyium bau rokok. Sampe ada juga yang kalo pindah kepribadian, warna matanya ikut berubah.

Kalau kamu udah nonton film Split, nah itu contoh kepribadian ganda.
Sybil juga film yang wajib kamu tonton, kalo mau tau tentang kepribadian ganda.

Kapan-kapan kami akan bahas tentang ini deh.

 


3. Penyebab Gangguan dalam Kepribadian

Secara garis besar, lingkungan kita hidup dan kualitas kasih sayang yang kita terima, akan mempengaruhi kepribadian kita depannya. Kamu punya kemungkinan mengalami gangguan jika saat kecil kamu:

  • kehidupan keluarga yang tak stabil dan kacau, seperti hidup sama keluarga pecandu alkohol, atau salah satu orang tua punya gangguan mental
  • tidak atau sedikit dukungan dari figur orang tua – utamanya jika kamu mengaami situasi atau kejadian traumatis dari orang tua kamu.
  • sedikit dukungan atau mengalami banyak pengalaman buruk di sekolah, terutama dari teman sekelas atau dari sekolah

Jika kamu mempunyai masa kecil yang sulit atau pernah mengalami pengalaman kayak yang kami bilang tadi, kamu mungkin aja akan mengembangkan keyakinan yang keliru tentang orang lain dan hubungan. Kamu mengalami salah paham juga tentang bagaimana membentuk hubungan antar dua orang.

Secara insting, manusia belajar dari pengalaman, mengembangkan strategi khusus untuk hidup, dari pengalaman yang dia punya. Masalahnya, ketika kita mengalami kehidupan yang buruk atau masa lalu yang buruk, mungkin aja strategi yang kamu bangun ini akan keliru.

Strategi yang kita bangun, pemahaman yang tertanam, dan pengalaman yang sudah terjadi, secara bersama-sama membentuk kepribadian kita. Pengalaman hidup yang berat dan pengalaman yang traumatis dapat berujung pada gangguan kepribadian. Contoh pengalaman lainnya seperti:

  • ditolak keberadaannya oleh orang lain
  • kehilangan orang tua, atau mendadak ditinggal tanpa alasan
  • pelecehan, baik secara fisik, verbal, maupun seksual.
  • mengalami kecelakaan besar

Tapi apakah semua yang mengalaminya pasti akan punya gangguan kepribadian?

Loh mz, masa laluku perih tapi kenapa aku sehat-sehat aja?

Ya nggak juga sih. Nggak semua orang yang mengalami situasi traumatis akan mengalami gangguan kepribadian. Caramu memandang dan menanggapi satu masalah, plus dukungan dan perhatian yang kamu terima, tentu punya andil dalam hal ini.

Lagipula, sebagian teori kepribadian bilang bahwa ada juga elemen kepribadian kita yang bawaan lahir. Kita terlahir dengan temperamen beda. Keaktifan, kemampuan berkonsentrasi, dan kemampuan adaptasi tiap bayi aja bisa beda.

Makanya, ada juga ahli yang percaya bahwa elemen kepribadian yang dari lahir ini punya peran dalam mengembangkan gangguan kepribadian.

 


4. Kalau kamu (merasa) punya gangguan di dalam kepribadian…

Oke, katakanlah kamu sudah membaca salah satu gangguan kepribadian di atas.
Terus, kamu kaget karena ternyata ada satu gangguan yang mirip dengan yang kamu rasakan saat ini.

Lalu kamu mikir: lah! jangan-jangan eug punya gangguan kepribadian?!?!?!?!

Sebelum kamu mikir macem-macem, sebaiknya kamu pikirin dulu deh beberapa hal berikut.

 

Kok kamu ngerasa gitu?

Kenapa kamu ngerasa punya gangguan kepribadian? Apa yang membuat kamu berpikir bahwa kamu punya gangguan kepribadian?

Satu hal yang perlu diingat, orang dengan gangguan kepribadian tidak merasa punya gangguan! Mereka merasa hidup mereka biasa aja. Kalau orang dengan gangguan kepribadian dibawa ke RSJ atau ke psikolog, itu biasanya dibawa sama orang tua atau kerabat, bukan atas kesadaran sendiri.

Inget, memberi label negatif sama diri sendiri itu bahaya. Apalagi, kalau kamu bilang bahwa kamu punya gangguan kepribadian.

 

Apa kamu ngerasa terganggu dengan “gangguan” ini?

Pertanyaan berikutnya: apakah kamu merasa terganggu dengan gangguan kepribadian ini?

Kalo iya, selamat! Kamu tidak mengalami personality disorder.

Orang dengan gangguan merasa hal yang mereka lakukan itu benar. Jika katakanlah psikopat dan sosiopat melakukan kejahatan, mereka melakukannya karena merasa itulah yang seharusnya dilakukan!

Makanya dalam urusan gangguan kepribadian, yang sesungguhnya merasa terganggu adalah orang lain.

Si pemilik gangguan justru malah biasa aja, bahkan walaupun katakanlah itu menghambat dirinya sendiri, kayak di gangguan kepribadian anankastik (OCPD).

 

Kamu mau periksa ke psikolog gak?

Pertanyaan terakhir: kamu penasaran ingin periksa ke psikolog nggak?

Jika iya, maka selamat! Kamu belum memiliki gangguan. Balik lagi ke yang kami bilang tadi, orang dengan gangguan kepribadian merasa dirinya sehat-sehat aja. Mereka justru marah kalau disuruh ke psikolog.

Ini juga sih yang bikin gangguan kepribadian sulit di-treatment dan diteliti. Karena kebanyakan mereka enggan ke psikolog, dan tidak merasa terganggu juga.

Tapi kalau memang mau periksa ke psikolog, nggak masalah. Waspada itu baik.
Sebelumnya, kamu boleh cek langkah-langkah periksa ke psikolog di sini.

 


 

NAH! Itu tadi yes penjelasan kami tentang gangguan kepribadian.

Semoga membantu kamu untuk tahu lebih banyak ya!

 

7 thoughts on “Gangguan Kepribadian: Definisi, Ciri-ciri, dan Jenis-jenisnya”

  1. Aku mau tanya, Kak.
    Barusan aku selesai baca salah satu buku fiksi yang ada di situs menulis. Di sana aku nemuin cerita tentang, “orang yang menganggap dirinya dan hidup sebagai orang lain”, aku penasaran, tapi tidak ada kejelasan apakah itu ganggungan kepribadian atau bukan. Makanya aku cari di internet dan terdampar di sini. Mohon pencerahannya ya. Terima kasih. ^^

    Reply
  2. hallo, terimakasih atas informasinnya ya.. apakah saya boleh tahu sumber dari tulisan ini? terimakasih sebelumnya..

    Reply
  3. Hai, tulisan anda bagus. Saya mau tanya pendapat anda soal ex-mahasiswa UI, ‘krimi’ atau HDS yg sedang heboh belakangan ini. Kalau menurut anda itu termasuk gangguan kepribadian kah? Kalau iya, termasuk dalam jenis apa? Terimakasih

    Reply
    • Halo Rifa, terima kasih udah baca 🙂

      yang pertama, rasanya terlalu cepet kalo bilang si HDS punya gangguan kepribadian. Emang dia tenang saat ketauan berbohong dan bisa tetep kuliah di UM, dan macam-macam penipuan lainnya. Orang yang jago bohong pasti bisa tampil tenang dan menutupi ekspresinya. Itu bisa dilatih kalo udah keseringan bohong.

      Gimana kesehariannya? gimana cara dia berbicara dan bertindak? Dari situ kita bisa mulai menduga-duga.

      Reply

Leave a Comment